Alasan Rafael Leao Tak Kunjung Cetak Gol di San Siro
Alasan Rafael Leao Tak Kunjung Cetak Gol di San Siro. Pada 18 Oktober 2025, Rafael Leao kembali jadi sorotan setelah AC Milan meraih kemenangan tipis 1-0 atas Torino di San Siro pekan lalu, tapi tanpa kontribusi gol dari winger Portugal berusia 26 tahun itu. Sejak Mei 2024—saat ia cetak gol penentu era Stefano Pioli—Leao belum lagi menggema gawang lawan di kandang Milan, rentang 17 bulan yang bikin penggemar Rossoneri gelisah. Musim 2025-2026, Leao sudah main delapan laga Serie A dengan tiga assist tapi nol gol kandang, meski total tiga gol dicetak tandang. Di bawah pelatih Massimiliano Allegri yang baru, performa inkonsisten ini tambah tekanan, terutama setelah ia lewati peluang emas lawan Juventus Oktober lalu. Alasan di balik paceklik gol ini multifaset: dari cedera berulang hingga adaptasi taktik. Artikel ini kupas tiga faktor utama yang bikin Leao kesulitan tembus jala di San Siro, sambil lihat prospek bangkitnya. REVIEW FILM
Cedera Berulang yang Ganggu Ritme Bermain: Alasan Rafael Leao Tak Kunjung Cetak Gol di San Siro
Cedera jadi musuh terbesar Rafael Leao musim ini, bikin ia kesulitan bangun momentum di kandang. Pada Agustus 2025, baru 10 menit setelah cetak gol di Coppa Italia lawan tim Serie B, Leao dipaksa keluar karena masalah hamstring—cedera yang buat ia absen hampir sebulan. Belum pulih sempurna, September lalu ia limp dari lapangan usai laga internasional dengan Timnas Portugal, didiagnosis betis tegang yang batasi latihannya jadi dua sesi seminggu. Allegri sebut di konferensi pers: “Rafael butuh waktu adaptasi fisik, jangan paksa dia.” Hasilnya, Leao main cuma 60 menit rata-rata di laga kandang, jauh di bawah ideal 80 menit untuk winger.
Statistik tunjukkan dampaknya: sebelum cedera Agustus, Leao cetak dua gol tandang; pasca-kembali, ia ciptakan enam peluang tapi konversi nol di San Siro. Cedera ini bukan yang pertama—musim lalu ia absen 12 laga karena masalah serupa—dan bikin kepercayaan dirinya goyah. Dokter tim Milan terapkan program pemulihan intensif, termasuk terapi air dingin dan latihan kekuatan kaki, tapi Leao akui dalam wawancara: “Tubuh saya kadang tak kooperatif, tapi saya kerja keras.” Di San Siro, di mana atmosfer tebal, kelelahan fisik bikin ia kurang eksplosif di sprint terakhir, yang biasa jadi senjata utamanya. Jika cedera ini tak teratasi, paceklik gol bisa berlanjut hingga akhir tahun.
Masalah Sikap dan Adaptasi Taktik Allegri: Alasan Rafael Leao Tak Kunjung Cetak Gol di San Siro
Allegri, yang gantikan Paulo Fonseca musim panas lalu, bawa pendekatan defensif yang kontras dengan gaya menyerang Leao. Winger ini sering dikritik “malas” karena fokus serang tapi kurang bantu bertahan—ia rata-rata cuma 1,2 tekel per laga, di bawah tuntutan Allegri yang minta full-back dan winger ikut pressing kolektif. Pasca-imbang 0-0 lawan Juventus 9 Oktober, Allegri konfrontasi Leao di ruang ganti: “Jangan buat saya marah,” katanya, soroti sikap santai yang bikin Leao lewati dua peluang satu lawan satu. Ini bukan rahasia; musim lalu, Pioli juga ingatkan hal serupa, tapi Allegri lebih tegas, ancam bench Leao jika tak berubah.
Adaptasi taktik ini bikin Leao kesulitan ciptakan ruang di San Siro. Di formasi 4-2-3-1 Allegri, ia dipaksa main lebih dalam untuk bantu lini tengah, kurangi sprint bebas yang bikin ia cetak 11 gol musim 2023-2024. Hasilnya, crossing-nya turun 20%, dan tembakan on target cuma dua dari empat laga kandang. Leao respon dengan tambah latihan individu, tapi tekanan ini tambah beban mental. Rekan seperti Theo Hernandez bela: “Rafael talenta besar, dia cuma butuh waktu.” Tapi jika sikap tak kunjung matang, posisinya bisa digeser ke Christian Pulisic yang lebih disiplin. Di San Siro, di mana Milan andalkan serangan balik, Leao harus cepat sesuaikan diri agar gol datang lagi.
Tekanan Psikologis dan Faktor Kandang
San Siro, stadion ikonik dengan 80.000 suporter, justru jadi jebakan bagi Leao musim ini. Atmosfer panas bikin ia overthink, terutama setelah kekalahan 2-1 dari Inter di derby September—di mana ia ciptakan peluang tapi tembakan melebar. Psikolog olahraga Milan catat Leao alami “blok kandang”: performa tandang bagus dengan dua gol di Bologna dan Napoli, tapi di rumah ia terlalu hati-hati, rata-rata dribel sukses cuma 2,1 per laga versus 3,5 tandang. Ini mirip kasus Olivier Giroud musim lalu, yang butuh terapi mental untuk bangkit.
Tekanan tambah dari ekspektasi: Leao kontrak hingga 2028 dengan gaji €7 juta per tahun, dan rumor transfer ke klub Premier League bikin ia ragu. Suporter, yang dulu puji kecepatannya, kini chant “Leao, bangun!” setelah miss lawan Torino. Allegri bantu dengan sesi motivasi pribadi, tapi Leao sebut: “San Siro seperti rumah, tapi kadang terasa berat.” Faktor ini gabung dengan jadwal padat—Liga Champions midweek—bikin stamina mentalnya tipis. Namun, ada sinyal positif: assist krusial lawan Torino tunjukkan visi passing-nya masih tajam. Jika Allegri beri kebebasan lebih, tekanan ini bisa jadi bensin untuk gol pertama musim ini.
Kesimpulan
Paceklik gol Rafael Leao di San Siro selama 17 bulan jadi puzzle menarik bagi AC Milan yang incar scudetto 2025-2026. Cedera berulang ganggu ritme, masalah sikap dan taktik Allegri uji adaptasi, sementara tekanan psikologis kandang tambah lapisan rumit. Tapi Leao, dengan talenta langka—kecepatan 35 km/jam dan visi assist—bukan tipe yang mudah menyerah. Allegri beri ultimatum: perbaiki sikap atau bench, tapi keyakinan tim padanya tetap kuat. Laga depan lawan Roma akhir Oktober bisa jadi titik balik—jika Leao tembus gawang, euforia San Siro bakal kembali. Bagi Rossoneri, ini pelajaran: bintang besar butuh dukungan holistik. Musim panjang; gol pertama Leao di kandang pasti datang, dan saat itu, cerita ini jadi masa lalu manis.