cristian-gonzales-nilai-striker-indonesia-kurang-haus-gol

Cristian Gonzales Nilai Striker Indonesia Kurang Haus Gol

Cristian Gonzales Nilai Striker Indonesia Kurang Haus Gol. Cristian Gonzales, legenda striker Timnas Indonesia yang dijuluki El Loco, kembali angkat suara soal lini depan Skuad Garuda. Pada 30 Oktober 2025, mantan bomber PSM Makassar ini berharap Indonesia punya penyerang murni yang benar-benar lapar cetak gol, di tengah produktivitas rendah timnas belakangan ini. Gonzales, yang pensiun sebagai pencetak gol terbanyak Liga Indonesia dengan 284 gol dari 420 laga, tak henti-hati kritik. Ia nilai striker-striker saat ini kurang haus gol, meski peluang sering datang. Ini datang pasca Piala AFF 2024 di mana Indonesia cuma cetak empat gol dari empat laga, gagal lolos semifinal. Di era Shin Tae-yong, rata-rata 1,8 gol per laga terdengar oke, tapi Gonzales bilang itu belum cukup untuk level Asia Tenggara apalagi dunia. Pendapatnya ini jadi pengingat: Garuda butuh predator sungguhan, bukan sekadar pelari. REVIEW KOMIK

Kritik Gonzales terhadap Produktivitas Striker Saat Ini: Cristian Gonzales Nilai Striker Indonesia Kurang Haus Gol

Gonzales tak pelit kata saat bahas lini serang timnas. “Kami butuh striker murni yang haus gol, seperti dulu,” katanya dalam wawancara baru-baru ini. Ia soroti bagaimana di Piala AFF 2024, Indonesia kebobolan lima gol tapi cuma balas empat—termasuk kekalahan 0-1 dari Filipina yang bikin tim posisi tiga Grup B. Striker seperti Ragnar Oratmangoen atau Ole Romeny disebutnya potensial, tapi kurang tenang saat peluang datang. “Lawan Jepang kemarin, saat 0-0 di babak pertama, Ragnar kurang tenang. Harus lebih dingin, ubah peluang jadi gol,” tambahnya, ingat kekalahan 0-4 di kualifikasi Piala Dunia 2026.

Ini bukan kritik baru. Gonzales sudah bilang sejak 2023 bahwa Indonesia tak kekurangan talenta lokal, tapi kurang determinasi dan disiplin. Ia bandingkan dengan eranya sendiri: di bawah 2010-an, ia cetak 13 gol dari 32 caps, bantu Garuda ke AFF Cup. Sekarang, era STY catat 106 gol dari 57 laga, tapi era Kluivert lebih parah—11 gol dari delapan laga, rata-rata 1,3 per match. Gonzales nilai striker modern terlalu bergantung assist dari Marselino Ferdinan atau winger, bukan inisiatif sendiri. “Striker harus lapar, bukan puas dengan satu-dua peluang,” tegasnya. Pendapat ini langsung ramai, apalagi setelah kekalahan telak 1-5 dari Australia Maret lalu, di mana lini depan mandul total.

Rekam Jejak Gonzales sebagai Pembanding Ideal: Cristian Gonzales Nilai Striker Indonesia Kurang Haus Gol

Gonzales bukan sekadar komentator; ia punya kredensial nyata. Lahir di Uruguay 30 Agustus 1976, ia naturalisasi jadi warga Indonesia 2010 setelah tunggu enam tahun—bahkan lewatkan pemakaman ayahnya demi itu. Debut AFF Cup 2010 langsung dua gol lawan Timor Leste, dan total 13 golnya bikin ia langganan top skor Liga Indonesia empat kali. Musim terbaik? 102 gol dari 95 laga bareng Persik Kediri, rekor yang sulit dilupain. Ia bela PSM, Persib, Arema, sampai pensiun di RANS Nusantara 2022.

Pengalamannya beda level. Gonzales main di era Liga Indonesia yang kompetitif, di mana striker harus haus gol untuk bertahan. “Saya selalu bilang, gol adalah nafas striker,” katanya. Ia tawarkan diri jadi pelatih khusus striker ke Erick Thohir Desember 2024, usai Piala AFF flop. “Siap kalau dibutuhkan, demi timnas,” tulisnya di media sosial. Ini selaras dengan Erick yang bilang Indonesia butuh bomber seperti Gonzales—kuat, tajam, dan haus kemenangan. Netizen setuju: striker sekarang kurang fisik dan mental, beda dengan El Loco yang bisa duel satu lawan satu.

Saran Gonzales untuk Tingkatkan Mentalitas Striker

Gonzales tak cuma kritik; ia kasih solusi konkret. Pertama, latih mental tenang di bawah tekanan. “Harus latihan simulasi: peluang datang, langsung eksekusi tanpa ragu,” sarannya. Ia ingatkan kekalahan lawan Jepang: peluang Oratmangoen di menit krusial bisa ubah skor jadi 1-0, bikin Indonesia bertahan nyaman. Kedua, bangun disiplin: kurangi ketergantungan pemain naturalisasi, dorong lokal seperti Dimas Drajad atau Ezra Walian lebih haus. “Ada kok striker lokal bagus, tapi butuh kedisiplinan,” katanya, tolak alasan banyak asing di Liga 1.

Ketiga, ia usul pelatihan khusus striker: fokus finishing, posisi off-ball, dan duel udara. Dengan lisensi AFC-nya, Gonzales siap bantu STY. Ini relevan jelang kualifikasi Piala Dunia 2026 babak ketiga, di mana Indonesia butuh minimal enam gol per laga untuk saingi Jepang atau Australia. Ia juga puji Marselino sebagai ofensif terbaik, tapi bilang butuh tandem striker murni. Saran ini datang tepat waktu, apalagi setelah paceklik gol di AFF—hanya empat dari empat laga, termasuk clean sheet lawan Vietnam.

Kesimpulan

Pendapat Cristian Gonzales soal striker Indonesia yang kurang haus gol jadi tamparan halus tapi nyata buat Skuad Garuda. Dari kritik produktivitas rendah di AFF 2024 hingga tawaran jadi pelatih, El Loco tunjukkan komitmennya terhadap sepak bola tanah air. Ia bandingkan era gilanya dengan sekarang: dulu 13 gol dari 32 caps, kini rata-rata di bawah dua per laga. Tapi ini bukan akhir; sarannya soal mental tenang dan disiplin bisa jadi kunci. PSSI dan STY harus dengar—Indonesia punya talenta, tinggal poles jadi predator. Dengan striker haus gol, Garuda bisa terbang lebih tinggi di 2026. Gonzales buktiin: lapar gol bukan bakat, tapi sikap. Waktunya generasi baru tiru El Loco.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…