Rashford Sebut Hanya Pelatih MU Yang Menghargai Dirinya
Rashford Sebut Hanya Pelatih MU Yang Menghargai Dirinya. Di tengah gemerlap La Liga musim 2025/2026, Marcus Rashford kembali jadi sorotan bukan karena gol-golnya yang memukau di Barcelona, tapi pernyataan emosional tentang masa lalunya di Manchester United. Dalam wawancara eksklusif dengan stasiun TV Norwegia TV2 pada 28 Oktober 2025, penyerang Inggris berusia 28 tahun itu blak-blakan bilang bahwa hanya satu pelatih di klub lamanya yang benar-benar menghargai dirinya: Ole Gunnar Solskjaer. “Ole adalah orang luar biasa, saya sangat suka bermain di bawahnya. Saya bisa bicara atas nama banyak pemain di Manchester United saat itu,” katanya dengan nada penuh nostalgia. Pernyataan ini muncul saat Rashford sedang on fire di pinjaman musim panasnya ke Camp Nou, di mana ia sudah cetak lima gol dari tujuh laga. Bagi fans Setan Merah, ini seperti tamparan halus—mengingatkan betapa rumitnya hubungan Rashford dengan klub yang sudah ia tempati selama 23 tahun. Apakah ini sekadar curhatan hati, atau sinyal akhir dari era panjang di Old Trafford? INFO CASINO
Pernyataan Rashford: Puji Solskjaer sebagai Figur yang Langka: Rashford Sebut Hanya Pelatih MU Yang Menghargai Dirinya
Wawancara Rashford dengan TV2 bukan sekadar obrolan ringan; ia jadi jendela ke pikiran pemain yang sering dikritik karena inkonsistensi. Saat ditanya tentang pelatih favoritnya di Manchester United, Rashford langsung sebut Solskjaer tanpa ragu. “Saya mencintai bermain di bawah Ole. Dia bukan hanya pelatih, tapi orang yang paham betul apa yang dibutuhkan pemain muda seperti saya,” ungkapnya. Ini kontras tajam dengan pengalaman di bawah Erik ten Hag dan Ruben Amorim, di mana Rashford merasa kurang dihargai—terutama setelah musim 2023/2024 yang penuh kontroversi, termasuk absen dari skuad karena pelanggaran disiplin.
Solskjaer, yang latih United dari Desember 2018 hingga November 2021, memang punya tempat khusus di hati Rashford. Di era itu, Rashford meledak dengan 30 gol dalam satu musim, termasuk hat-trick legendaris kontra RB Leipzig di Liga Champions. Pelatih Norwegia itu beri kebebasan Rashford di sayap kiri, memanfaatkan kecepatan dan visi passingnya tanpa tekanan berlebih. Rashford bahkan bilang, “Banyak pemain merasakan hal sama—Ole bikin kami merasa dihargai sebagai individu, bukan sekadar nomor di skuad.” Pernyataan ini langsung viral, dengan jutaan tayangan di media sosial, dan memicu diskusi apakah Solskjaer seharusnya bertahan lebih lama untuk selamatkan potensi Rashford yang sempat pudar.
Latar Belakang Karier: Dari Bintang Muda ke Pinjaman ke Barcelona: Rashford Sebut Hanya Pelatih MU Yang Menghargai Dirinya
Karier Rashford di Manchester United seperti rollercoaster yang penuh liku. Debutnya pada 2016 di usia 18 tahun langsung sensasional, dengan dua gol kontra Midtjylland yang bikin dunia kagum. Selama tujuh musim penuh, ia kumpul 131 gol dan 59 assist di semua kompetisi, tapi masa-masa terakhirnya gelap. Di bawah Ten Hag sejak 2022, Rashford kesulitan adaptasi dengan taktik disiplin Belanda itu—hanya 17 gol di musim 2023/2024, diikuti cedera punggung yang bikin ia absen berbulan-bulan. Amorim, yang gantikan Ten Hag pada Juli 2025, bahkan anggap Rashford underperform, sehingga klub putuskan pinjamkan ia ke Barcelona pada Agustus—kesepakatan satu musim dengan opsi beli seharga 50 juta euro.
Pinjaman ini ternyata jadi berkah. Di Barcelona, Rashford langsung klik dengan Hansi Flick, yang beri peran bebas sebagai winger kiri. Gol pertamanya kontra Real Sociedad pada pekan kedua La Liga jadi pembuka, diikuti assist krusial melawan Atletico Madrid. “Saya merasa dihargai lagi di sini,” katanya pasca-laga. Ini kontras dengan United, di mana ia sering duduk di bangku cadangan di bawah Amorim—termasuk absen total di lima laga awal musim karena “masalah sikap”, menurut laporan internal. Pernyataan tentang Solskjaer seolah jadi pesan tersirat: Rashford butuh pelatih yang percaya penuh padanya, bukan yang terus kritik. Fans United terbelah—sebagian salahkan manajemen, yang lain bilang Rashford sendiri yang kurang profesional.
Implikasi Pernyataan: Dampak bagi United dan Karier Rashford
Ucapan Rashford ini tak hanya nostalgia; ia punya gelombang panjang. Bagi Manchester United, yang sedang berjuang di posisi kesembilan Premier League dengan 12 poin dari 10 laga, ini tambah tekanan pada Amorim. Pelatih Portugis sudah hadapi kritik atas rotasi skuad, dan pernyataan Rashford bisa picu keraguan di ruang ganti—terutama dari pemain senior seperti Bruno Fernandes yang dekat dengannya. Klub sudah rencanakan jual permanen Rashford musim panas 2026 jika performa di Barcelona bagus, tapi ini bisa percepat proses. Secara finansial, United untung: gaji Rashford yang 300 ribu pound per minggu hilang sementara, beri ruang untuk rekrut gelandang seperti Carlos Baleba.
Bagi Rashford sendiri, ini momen refleksi. Di Barcelona, ia bukan lagi bintang utama seperti Lewandowski, tapi peran pendukung justru bikin ia lebih tajam—dengan akurasi umpan 88 persen dan dua gol dari situasi terbuka. Pernyataannya soal Solskjaer juga ingatkan akarnya: dari akademi United sejak usia tujuh tahun, ia tolak tawaran dari klub Spanyol lain demi setia. Tapi kini, dengan kontrak sampai 2028, masa depannya kabur—apakah kembali ke Old Trafford atau permanen di Eropa? Analis bilang, jika Barcelona aktifkan opsi beli, Rashford bisa capai level baru di La Liga yang lebih taktis. Yang jelas, ucapannya ini buka pintu dialog dengan fans United, yang masih anggap ia ikon meski absen.
Kesimpulan
Pernyataan Marcus Rashford bahwa hanya Ole Gunnar Solskjaer yang benar-benar menghargai dirinya di Manchester United adalah curhatan jujur dari pemain yang sedang bangkit di Barcelona. Dari pujian emosional itu hingga latar karier penuh pasang surut, jelas bahwa Rashford butuh kepercayaan penuh untuk bersinar. Implikasinya luas: bagi United, ini dorongan introspeksi di tengah musim sulit; bagi Rashford, peluang ukir babak baru di Spanyol. Di sepak bola yang kejam, di mana loyalitas sering diuji, cerita ini ingatkan bahwa hubungan pelatih-pemain adalah kunci sukses. Rashford kini maju dengan semangat baru, tapi bayang United tetap ada—siapa tahu, suatu hari ia kembali sebagai pahlawan. Yang pasti, kata-katanya sudah nyalakan percakapan yang tak akan pudar begitu saja.