Bintang Timnas Indonesia U-17 Ini Ga Sabar Main di Pildun
Bintang Timnas Indonesia U-17 Ini Ga Sabar Main di Pildun. Dengan hitungan hari menjelang Piala Dunia U-17 2025 di Qatar, euforia mulai menyelimuti skuad Timnas Indonesia. Turnamen yang digelar mulai 3 November hingga 27 November ini jadi panggung impian bagi para remaja berbakat Garuda Muda, yang ditempatkan di Grup H bareng Zambia, Meksiko, dan Inggris. Di tengah persiapan ketat di Doha, satu nama mencuri perhatian: Evandra Florasta, gelandang kreatif berusia 17 tahun yang tak bisa sembunyikan rasa gatalnya untuk turun ke lapangan. “Saya sangat excited dan tak sabar rasanya,” ujarnya dalam sesi wawancara singkat pasca-latihan. Sebagai motor lini tengah, Evandra bukan cuma harapan pribadi, tapi juga simbol semangat tim yang haus pengalaman global. Pelatih Nova Arianto sudah tekankan agar anak asuhnya main tanpa beban, tapi antusiasme Evandra ini seperti bensin tambahan untuk tim. Bagaimana cerita lengkapnya? Mari kita kupas dari perjalanan sang bintang hingga ekspektasi di turnamen impian ini. REVIEW KOMIK
Perjalanan Evandra Florasta Menuju Panggung Dunia: Bintang Timnas Indonesia U-17 Ini Ga Sabar Main di Pildun
Evandra Florasta bukan nama baru di sepak bola muda Indonesia. Lahir di Jakarta pada 2008, ia mulai menonjol sejak bergabung dengan Bhayangkara FC di usia 14 tahun, di mana ia cepat jadi andalan gelandang serang. Musim ini saja, Evandra sudah kumpulkan lima gol dan tujuh assist di liga domestik, dengan akurasi passing mencapai 85 persen—angka yang bikin pelatih lawan pusing. Ia punya naluri tajam untuk maju ke kotak penalti, sering kali lepas tendangan jarak jauh yang akurat, seperti gol spektakulernya lawan Thailand U-16 di laga uji coba.
Peran krusialnya mulai terlihat di kualifikasi Piala Asia U-17 2025, di mana Indonesia lolos ke putaran final berkat kontribusinya: dua assist dan satu gol penalti yang selamatkan tim dari kekalahan telak lawan Vietnam. Nova Arianto, yang ambil alih skuad sejak awal tahun, langsung jatuhkan pilihan pada Evandra sebagai pengatur serangan utama. “Ia punya visi yang melebihi usianya,” puji Nova. Di level klub, Evandra juga bantu Bhayangkara capai semifinal turnamen U-17 nasional, di mana ia ciptakan peluang dari bola mati yang jadi senjata mematikan. Tantangan terbesar baginya adalah adaptasi fisik; dengan tinggi 170 cm, ia harus andalkan kecerdasan taktik untuk lawan gelandang lebih tinggi dari Afrika atau Eropa. Tapi, justru pengalaman ini yang bikin Evandra semakin lapar: dari kampung halaman ke Doha, perjalanannya penuh liku tapi tak pernah pudar semangatnya untuk buktiin diri di panggung terbesar.
Antusiasme Evandra dan Persiapan Tim di Qatar: Bintang Timnas Indonesia U-17 Ini Ga Sabar Main di Pildun
Rasa tak sabar Evandra Florasta ini bukan omong kosong. Saat tiba di Qatar untuk pemusatan latihan, ia langsung bagikan momen di media sosial: foto sesi gym dengan caption sederhana, “Siap ledakkan Grup H!” Ini mencerminkan mentalitasnya yang positif, yang juga diimbangi oleh pesan Nova agar tim “enjoy aja, jangan ada beban.” Sesi latihan di Doha fokus pada adaptasi cuaca panas dan jet lag, dengan drill taktik yang libatkan simulasi pressing tinggi dari lawan seperti Zambia—pertandingan pembuka pada 7 November. Evandra, sebagai kapten tidak resmi lini tengah, sering pimpin drill passing cepat, di mana ia sukses ciptakan tiga peluang gol dalam satu sesi.
Antusiasmenya menular ke rekan setim, seperti winger Zahaby Gholy yang bilang, “Evandra bikin kami semua semangat.” FIFA sendiri soroti skuad Indonesia, terutama pemain diaspora seperti Matthew Baker dan Mike Rajasa, tapi Evandra sebagai talenta lokal jadi pusat perhatian talent scout dari klub-klub Eropa. Ia sudah dapat undangan trial pasca-turnamen, tapi fokusnya tetap: bantu tim raih poin pertama. Persiapan ini termasuk tes medis ketat dan rotasi untuk jaga stamina, mengingat jadwal padat Grup H. Evandra akui, “Main di Pildun ini mimpi sejak kecil, apalagi lawan tim kuat seperti Inggris—saya ga sabar rasain atmosfernya.” Rasa ini lahir dari dukungan keluarga dan fans yang banjiri pesan semangat, bikin ia semakin siap hadapi tekanan turnamen.
Peran Evandra sebagai Kunci Sukses Garuda Muda
Di skuad 21 pemain yang diboyong Nova, Evandra Florasta diposisikan sebagai jembatan utama antara pertahanan dan serangan, dalam formasi 4-3-3 yang fleksibel. Ia bertugas atur tempo, dengan rata-rata 2,5 key passes per laga yang bisa suplai bola ke Fadly Alberto Hengga di depan atau Gholy di sayap. Melawan Zambia, yang adaptasi lancar tapi lemah di set-piece, keahlian penalti Evandra—sukses 90 persen—bisa jadi penentu. Ia juga kuat di duel bola mati, di mana Indonesia unggul: 40 persen gol kualifikasi dari situasi seperti itu.
Ekspektasi padanya tinggi, tapi realistis. Nova ingin tim hindari jebakan overconfidence, terutama setelah Zambia ungkap pelatihnya sudah “tak sabar” hadapi Indonesia. Evandra paham perannya bukan cuma cetak gol, tapi ciptakan harmoni tim—seperti assist krusialnya di Piala Asia yang bawa Garuda Muda ke perempat final. Jika ia on fire, peluang lolos 16 besar naik drastis, apalagi dengan dukungan fans di Qatar yang diprediksi ribuan. Tantangannya: jaga konsistensi melawan Meksiko yang cepat atau Inggris yang terstruktur. Tapi, dengan pengalaman 20 laga internasional U-17, Evandra siap jadi pemimpin lapangan. Ia bilang, “Saya mau bikin bangga orang tua dan seluruh Indonesia—ini saatnya unjuk gigi.”
Kesimpulan
Evandra Florasta, dengan rasa tak sabar yang membara, jadi representasi sempurna Garuda Muda yang siap taklukkan Piala Dunia U-17 2025. Dari perjalanan panjangnya di Bhayangkara hingga latihan intens di Doha, antusiasmenya tak hanya dorong diri sendiri, tapi juga angkat semangat tim. Nova Arianto punya alasan kuat andalkan ia sebagai kunci, dan jika mimpi Evandra terwujud, Grup H bisa jadi cerita kebangkitan Indonesia. Turnamen ini lebih dari kompetisi; ini warisan untuk generasi muda. Penggemar tinggal doakan dan dukung—siapa tahu, gol pertama Evandra di Pildun jadi momen ikonik. Garuda Muda, terbanglah tinggi di langit Qatar.