Selebrasi Siu Ronaldo Asal Portugal Jadi Paling Ikonik
Selebrasi Siu Ronaldo Asal Portugal Jadi Paling Ikonik. Nama Cristiano Ronaldo kembali menjadi sorotan dunia sepak bola, bukan hanya karena gol-golnya di Al-Nassr, tetapi juga karena selebrasi khasnya, “Siu,” yang kini dinobatkan sebagai salah satu gerakan paling ikonik dalam sejarah olahraga. Gerakan ini—lompatan energik dengan tangan membentuk corong di telinga diikuti teriakan “Siu!”—telah menjadi simbol kemenangan dan kepercayaan diri, ditiru jutaan penggemar, atlet, hingga selebritas global. Dari lapangan di Riyadh hingga media sosial dengan 662 juta pengikut Instagram, “Siu” telah melampaui sepak bola, menjadi fenomena budaya pop. Artikel ini mengupas asal-usul selebrasi ini, dampaknya, dan mengapa gerakan ini begitu legendaris di usia Ronaldo yang ke-40.
Asal-Usul Selebrasi Siu Ronaldo
Cristiano Ronaldo pertama kali memperkenalkan “Siu” pada 2013 saat membela Real Madrid dalam laga pramusim melawan Chelsea di Amerika Serikat. Ia mencetak dua gol, dan setelah gol kedua, ia melompat, berputar di udara, mendarat dengan kaki terbuka, dan meneriakkan “Siu!”—kata yang terinspirasi dari bahasa Spanyol “sÃ,” berarti “ya.” Ronaldo mengaku di wawancara dengan Canal 11 pada 2019 bahwa gerakan ini spontan, terinspirasi dari sorakan penonton Amerika yang energik. “Saya ingin coba sesuatu yang bikin mereka lebih bersorak,” katanya.
Sejak itu, “Siu” jadi tanda tangan Ronaldo di setiap klub—Manchester United, Juventus, hingga Al-Nassr. Ia melakukannya setelah hat-trick, gol penalti, atau bahkan gol biasa, seperti saat mencetak gol ke-99 untuk Al-Nassr melawan Al-Taawoun pada September 2025. Gerakan ini bukan sekadar selebrasi, tapi cerminan kepribadian Ronaldo: percaya diri, teatrikal, dan selalu haus perhatian. Dengan 870 gol karir hingga Oktober 2025, “Siu” telah dilakukan ratusan kali, setiap kali memicu sorakan stadion dan viral di media sosial.
Dampak Siu Ronaldo di Dunia Sepak Bola dan Budaya Pop
“Siu” telah melampaui lapangan hijau, menjadi fenomena global yang ditiru oleh berbagai kalangan. Pemain seperti Marcus Rashford, Anthony Joshua (petinju), dan bahkan bintang tenis Carlos Alcaraz pernah melakukan “Siu” sebagai penghormatan. Di luar olahraga, selebritas seperti aktor Will Smith dan rapper Drake ikut mempopulerkannya di media sosial, dengan tagar #SiuChallenge mengumpulkan lebih dari 1 miliar penayangan di TikTok pada 2025. Di Indonesia, suporter Persija Jakarta sering lakukan “Siu” massal di tribun saat tim menang, menunjukkan jangkauan globalnya.
Di sepak bola, “Siu” menginspirasi generasi muda untuk mengekspresikan diri. Akademi Al-Nassr bahkan ajarkan versi mini “Siu” untuk anak-anak, sementara game seperti FIFA 26 dan eFootball masukkan animasi ini sebagai opsi selebrasi. Dampaknya juga finansial: merchandise CR7, termasuk kaos bertuliskan “Siu,” laris manis, menyumbang puluhan juta dolar ke kekayaan Ronaldo yang kini capai 1,4 miliar dolar AS. Namun, ada kritik: beberapa penggemar bilang “Siu” terkesan arogan, terutama saat dilakukan di laga tandang, memicu ejekan dari suporter lawan seperti di laga melawan Al-Hilal.
Perbandingan dengan Selebrasi Siu Ronaldo Ikonik Lain
“Siu” bersaing dengan selebrasi legendaris lain, tapi keunikannya sulit ditandingi. Bandingkan dengan “The Robot” Bebeto di Piala Dunia 1994, yang manis tapi terbatas konteks kelahiran anaknya, atau “Hand of God” Diego Maradona yang penuh kontroversi. Lionel Messi punya selebrasi sederhana—tunjuk langit atau cium jari—tapi kurang teatrikal. “Siu” menonjol karena konsistensi: Ronaldo lakukan di setiap klub, setiap gol penting, dan di usia 40 masih energik.
Statistik juga dukung: dari 870 gol karir, diperkirakan 70% diikuti “Siu,” menjadikannya selebrasi paling sering dilihat di sepak bola modern. Media sosial perkuat dampaknya—setiap “Siu” di laga Al-Nassr 2025 rata-rata hasilkan 10 juta interaksi di Instagram dalam 24 jam. Ini beda dengan selebrasi seperti “Samba” Neymar, yang lebih terlokalisasi budaya Brasil. Keunggulan “Siu”: simpel, mudah ditiru, dan universal, cocok untuk era digital di mana konten viral jadi mata uang budaya.
Kesimpulan
Selebrasi “Siu” Cristiano Ronaldo bukan sekadar gerakan, tapi simbol kepercayaan diri, ketahanan, dan dominasi dalam sepak bola. Lahir dari spontanitas di 2013, “Siu” kini jadi ikon budaya pop, ditiru dari stadion hingga TikTok, mengukir Ronaldo sebagai legenda tak hanya lewat gol, tapi juga identitas visual. Di usia 40, dengan 99 gol untuk Al-Nassr dan kekayaan 1,4 miliar dolar, Ronaldo buktikan “Siu” lebih dari selebrasi—ia cerminan semangatnya yang tak pernah padam. Bagi penggemar, setiap “Siu” adalah pengingat: CR7 tetap raja, di lapangan dan di hati dunia.